Ahmad bin Hambal
Dalam makalah biografi ‘ulama salaf yang penuh barokah ini, semoga memberi pelajaran bagi para generasi islam dan menyisakan pembaharuan yang efektif berdasarkan akhlak para ‘ulama maupun imam yang mulia.
Dalam makalah ini, kita akan menjumpai kuzuhudan, kewaroan, akhlak, kebersihan diri, kesabaran dalam menjalankan agama Alloh serta pengorbanan seorang ‘ulama yang menghantarkannya kepada kemuliaan.
Dengan begitu, langkah beliau adalah contoh gemilang bagi umat agar manusia kembali menjalankan agama Alloh, penguasa semesta alam. Dan, sejarah islam sangat kaya akan contoh contoh keteladanan spektakuler beserta nilai nilai luhur ini. Semoga Alloh mengambil jiwa kita atas cinta kepada mereka dan menggiring kita di hari kiamat bersama beliau dan ulama lainnya.
Biografi yang akan penulis paparkan pada makalah ini adalah seorang imam yang sebagian orang mengatakan bahwa dia seolah telah menjadi imam ketika masih dalam kandungan ibunya. Dia adalah orang yang dimaksudkan Imam AsySafi’I dalam perkataannya: “ aku melihat seorang pemuda di bagdad. Ketika dia berkata haddatstsana, maka manusia akan berkata,” benar”. Sesungguhnya dia seorang imam yang telah dimaksudkan dalam bara api pembuatan emas sehingga mengeluarkan dirinya menjadi emas merah. Ketika ditawarkan kepadanya kemewahan dunia , maka dia menolaknya dan terhadap bid’ah , dia menolaknya.”
Sebagian ‘ulama mengatakan kalau seandainya tidak ada Ahmad Bin Hambal, maka semua orang akan menjadi Mu’tazilah. Beliau hidup dalam kurun waktu yang penuh Dengan fitnah besar dimana banyak sekali cobaan dan ujian, sedang orang yang berfaham sekuler dan orang munafik ingin menikam islam dan umatnya.
Imam Ahmad Bin Hambal telah menghadapi fitnah dari empat kholifah, yaitu; Al Makmun, Al Mu’tashim, Al Watsiq, dan Al Mutawakkil. Sebelum mereka berkuasa, kehidupan umat islam masih dibawah panji panji Ahlussunah. Hal itu sampai pada masa kekholifahan Harun ArRosyd dimana para ahli bid’ah masih enggan menampakan kebatilan mereka.
Ketika Al Makmun bin Harun Ar-Rosyd condong pada pendapat mu’tazilah, maka dia memaksa para ‘ulama dan para hakim untuk menyuarakan madzhabnya yang sesat. Kebanyakan ulama yang menerima seruannya itu karena tidak berdaya, dan yang bertahan dengan keyakinannya banyak yang meninggal dunia.
Dalam fitnah ini, Ahmad Bin Hambal mengambil langkah yang tidak akan mampu melakukannya kecuali ia adalah seorang Nabi. Imam Ahmad bersikap laksana gunung yang kokoh bertahan meskipun diterpa ganasnya deru angin fitnah dan riuhnya badai siksaan.
Ketika Kholifah Almakmun meninggal dan digantikan olah Almu’tashim, maka dia berupaya untuk menjinakan Ahmad Bin Hanbal dengan deraaan cambukan disamping terali besi yang lamanya hampir dua puluh delapan bulan. Ketabahan Ahmad dalam mempertahankan sesuatu yang haq ini semakin menambah simpati ‘ulama dan masyarakat luas yang sebelumnya sudah bersimpati kepadanya. Kalau pada waktu itu Ahmad berpaling dari mempertahankan yang haq, maka tidak akan terhitung lagi betapa banyak ulama yang akan tergelincir karena mengikutinya.
Sebab sebab pendirian Ahmad yang kokoh tersebut sudah dipersiapkan oleh Alloh Subhanahu wa ta'ala, sehingga sebagian orang berkata kepada Ahmad Bin Hambal, “ apabila engkau meninggal di tempat ini, maka kamu pasti masuk surga.”
Ahmad Bin Hambal tetap mempertahankan kebenaran sampai meninggalnya Al Mu’tashim dan Al Watsiq, kemudian pemimpin setelahnya adalah Al Mutawakkil. Ialah yang membebaskan Ahmad Bin Hambal , karena ia mengikuti ajaran ahlus sunah.
Pada masa Al Mutawakkil berkibarlah tokoh tokoh ‘ulama sunah, di sisi yang lain bermuram durjalah tokoh tokoh penyeru bid’ah. Alloh Subhanahu wa ta'ala hancurkan orang orang yang tergabung menyulut api fitnah terhadap dunia islam. Walau demikian, bagi Ahmad Bin Hambal ujian dan fitnah belumlah usai menerpanya. Pada masa kekhalifahan Al Mutawakkil, fitnah jenis baru menerpa Ahmad Bin Hambal, yaitu fitnah keduniaan berupa harta, jabatan, dan kemewahan lingkaran penguasa. Yang Demikian itu kholifah berusaha mengaliri harta kekayaan kepada Ahmad Bin Hambal, akan tetapi beliau adalah orang yang tidak gentar terhadap cambukan dan siksaan, sehingga ia tidak tergoda oleh harta dan kedudukan.
Akibat sikap dan ketabahannya tersebut, maka keberadaannya semakin agung di hati masyarakat dan berdampak besar terhadap para ‘ulama dieranya dan era setelahnya. Kemudian munculah madrasah yang diberi nama madrasah ‘ Al Hanabilah ‘ yang pemimpinnya adalah Ahmad Bin Hambal.
Kalau diperhatikan, maka garis keturunan Ahmad Bin Hambal ini memiliki keutamaan yang agung dan urutan yang mulia dari dua arah, yaitu;
Pertama; dalam garis keturunan ini, nasab imam Ahmad Bin Hambal bertemu dengan Rosululloh Sholallohu 'alaihi wa salam pada Nazzar. Ia mempunyai empat anak, diantaranya adalah mudharr yang menurunkan nabi Sholallohu 'alaihi wa salam sedang anak nazaar yang lain adalah Robi’ah yang menurunkan imam Ahmad Bin Hambal.
Kedua; imam Ahmad Bin Hambal adalah orang arab asli dengan garis keturunan yang shohiih.
Kelahirannya: Ayah beliau meninggal dunia ketika ia masih kecil. Sedangkan ibunya bernama Shafiyah Binti Maimunah Binti Abdul Malik Asy Shaibani Dari Bani Amir. Beliau haji 5 kali dengan berjalan kaki dan membiayai salah satu hajinya dengan 30 dirham saja.
Ibunya mengandungnya di moro, kemudian pergi ke bagdad lalu melahirkan Ahmad Bin Hambal pada bulan Robi’ul awal tahun 164 hijriyah.
Ayah imam Ahmad Bin Hambal yang bernama Abduloh adalah seorang wali kota daerah sarkash dan salah seorang anak penyeru daulah abbasiyah. Muhamad meninggal pada usia tiga puluh tahun pada tahun 179 hijriyah.
Sifat sifatnya: Ibnu Dzuraih Alakbary berkata,” aku pernah mencari Ahmad Bin Hambal, setelah bertemu dan mengucapkan salam kepadanya, maka aku melihat bahwa dia adalah seorang syaikh yang selalu bercelak dan berkulit sawo matang agak kemerah merahan.”
Dari Muhamad Bin Abas An Nahwi, dia berkata,” aku pernah melihat Ahmad Bin Hambal,dia berwajah tampan, berbadan sedang, bercelak dan jenggotnya berwarna hitam. Dia mengenakan pakaian dari kain kasar yang berwarna putih dengan sorban di kepala dan selendang di pundaknya.
Almaimuni berkata, “ aku belum pernah melihat seorangpun yang lebih bersih bajunya, dan lebih perhatian terhadap dirinya ketika menata rambut, kumis dan badannya daripada Ahmad Bin Hambal.
Al’ulaimi berkata,” sejak kecil Ahmad Bin Hambal sudah menampakan tanda tanda kelebihannya dengan menguasai berbagai disiplin ilmu dan banyak menghafal hadist. Ketika dia hendak pergi pagi pagi sekali untuk mencari hadist, ibunya mengambilkan baju untuknya sambil berpesan,”tunggulah sampai terdengar adzan atau sampai orang orang keluar di waktu pagi.”
Beliau telah menempuh rihlah ke berbagai negara, seperti kufah, basroh, hijaz, makah, madinah, yaman, syam, tsagur, daerah daerah pesisir, maroko, aljazair, lfaratin, persia, khurasan, daerah pegunungan serta ke lembah lembah dan yang lainnya.
Setelah melakukan rihlah yang panjang, akhirnya Ahmad Bin Hambal kembali ke bagdad hingga pada masanya beliau menjadi ulama terkemuka yang diperhitungkan. Ilmu pengetahuan Beliau diabadikan untuk memperjuangan dinuloh, sehingga beliau menjadi salah satu tokoh terkemuka dari sekian banyak ulama islam. Beliau mencari hadist sewaktu umur enam belas tahun dan pergi ke kufah untuk pertama kalinya pada tahun 183 hijriyah. Kemudian dia memasuki kufah pada tahun 186 hijriyah dan berguru kepada Sufyan bin uyainah. Seteh itu beliau melanjutkan perjalanan menuju makah pada tahun 187 hijriyah. kemudian beliau berguru kepada abdurrojak di shan’a daerah yaman pada tahun 197 hijriyah dan ahirnya menemani yahya bin ma’in.
Alkhothib dengan sanadnya yang sampai kepada Ali Bin Almadani, dia berkata,” sesungguhnya Alloh memuliakan agama ini dengan dua orang tanpa ada ketiganya, yaitu Abu Bakar Ashshidiq pada waktu ridah dan Ahmad Bin Hambal pada waktu mihnah qur’an.
Alhusain Bin Muhamad Bin Hatim, dia berkata,” aku belum pernah melihat orang yang lebih baik dalam segala hal dari Ahmad Bin Hambal. Aku telah melihat Sufyan Bin Uyainah, Waqi’ Bin Lajarah, Abdurrojak, Baqiyah Bin Alwalid, Dhomroh Bin Rabi’ah, dan ulama yang lain, akan tetapi aku tidak melhat orang yang seperti Ahmad Bin Hambal dalam keilmuan, kepandaian, zuhud, dan kewaraan.
Dari Abu Nu’aim dia berkata;” seandainya Ahmad Bin Hambal hidup pada masa bani isroil, maka beliau merupakan ayat.”
Abu Umair Arramali berkata,” sungguh, betapa besar kesabarannya terhadap dunia, sungguh di masa lalu tidak ada orang yang menyamainya dan sungguh betapa dekatnya ia dengan orang sholeh. Ketika ditawarkan kepadanya kemewahan dunia, maka beliau menolaknya dan menentangnya.
Ahmad Bin Sa’id Addarimi berkata,” aku belum pernah melihat orang berambut hitam yang lebih hafal dan lebih memahami makna hadist rasululloh Sholallohu 'alaihi wa salam selain abdulah Ahmad Bin Hambal.”
Abu Zur’ah Arrozi berkata,” Ahmad Bin Hambal telah hafal sebanyak satu juta hadist.”
I Shaq Bin Hani’ berkata,” aku keluar pagi pagi untuk meminta Ahmad Bin Hambal mengajarkan kepadaku kitab azuhdu karangan beliau. Kemudian aku memasang karpet dan bantal untuk tempat duduknya, ketika beliau melihatnya, beliau bertanya kepadaku, apakah ini? Aku menjawab,” ini adalah tempat dudumu.” Kemudian beliau berkata,” singkirkan karpet dan bantal itu, berbicara zuhud harus dengan zuhud.” Setelah itu aku lipat kerpet itu, emudian beliau duduk dia atas tanah.
Ar-romadi berkata,” aku pernah mendengar abdurrojak menyebut nama Ahmad Bin Hambal, lalu keluar air mata beliau dan berkata:” dia pernah datang kemari dan meyampaikan kepadaku bahwa ia sedang kehabisan bekal. Namun ketika aku memberinya sepuluh dinar, dia hanya tersenyum dan berkata kepadaku, “ wahai abu bakar, kalau akau menerima pemberian orang lain, maka akau akan menerima pemberian mu ini .”akhirnya Ahmad Bin Hambal tidak menerima uang pemberianku itu.
Kita akhiri pembahan kali ini dengan mengutip perkataan Al’ulaimi,” gemerlap dunia telah menghampirinya, tetapi ia tidak menghiraukannya, kedudukan dan harta benda pun tidak diinginkannya. Imam Ahmad Bin Hambal menolak semua itu karena dirinya merasa cukup. Dalam kesederhanannya beliau berkata,” harta sedikit bisa mencukupi dan harta yang banyak tidak bisa mencukupi. Sesungguhnya makanan itu bukanlah makanan kecuali yang dimakan, pakaian juga bukan pakaian dan hari hari di dunia ini teramat sedikit dan pendek sekali.
Imam Ahmad Bin Hambal berkata,” abduloh telah merusak rumah tersebut sehingga aku tidak bisa memasukinya.” Maksud merusak adalah memperbaiki dari uang pemberian pemerintah. Kholifah Almutawakil telah memberikan tunjangan kepada Ahmad Bin Hambal dan keluarganya sebesar empat ribu dirham setiap bulannya. Kemudian, imam Ahmad Bin Hambal mengutus anaknya yang bernama abduloh menemui Almutawakil untuk memberitahukan bahwa keluarganya sudah dalam kedaaan kecukupan. Akan tetapi Almuatawakil tetap mengirimkan tunjangan itu kepada keluarga imam Ahmad Bin Hambal. Oleh sebab itu, Ahmad Bin Hambal berkata,” wahai paman, masih berapa tahunkah sisa umur kita ? kenapa kamu lakukan itu ? sesungguhnya Anak anak kami hanya sekedar makan bersama kami dalam tempo yang amat sangat sebentar, seandainya dibukakan tirai pembatas penglihatan manusia, maka ia akan tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Ketika manusia mengetahuinya, maka ia akan bersabar barang sebentar untuk mendapatkan balasan pahala yang panjang, sesungguhnya ini semua adalah fitnah.
Dari Abul Husain Almunadi, dia berkata,” aku pernah melihat kakekku berkata,” Ahmad Bin Hambal adalah manusia pilihan, yang paling mulia kperibadinanya dan paling baik etikanya dalam bergaul. Dia lebih banyak diam dan menham pembicaraan, menghindar dari perkataan ynag tidak baik serta bicara tanpa ada manfaatnya dan tidak pernah terdengar darinya kecuali pelajaran hadist.
Disamping itu, beliau suka membahas seputar orang orang sholeh dan orang orang zuhud; suka membuat orang lain senang ketika bertemu dengannya; dan sangat menghormati dan memuliakan orang orang tua sehingga mereka juga sangat menghormati dan memuliakannya.
Dari Alhusain Bin Ismail dari ayahnya, dia berkata,” dalam halaqoh pengajian Ahmad Bin Hambal biasanya berkimpul kira kira 5000 murid atau lebih. Diantara mereka itu, minimal terdapat lima ratus ahli hadist menulis hadist, sementara yang selebihnya adalah orang orang yang belajar akhlak dan budi bekerti.
Abu Bakar Almuthowi’ mengatakan,”aku dengan Ahmad Bin Hambal berselisih umur dua belas tahun. Ketika dia mengajarkan kitab karyanya almusnad kepada anak anaknya, aku tidak pernah menulis satu pun hadiat yang dibacanya. Disana, aku hanya belajar dari cara memberi petunjuk, akhlak dan budi pekertinya.
Dari Abdul Malik Almaimuni, ia berkata,” mataku belum pernah melihat orang yang lebih mulia dari Ahmad Bin Hambal. Aku juga belum pernah melihat seorang pun dari para ulama ahli hadist yang lebih engagungkan perintah Allah, sunnah roaulnya dan yang lebih patuh darinya.”
Imam Ahmad berkata,” aku tidak pernah menulis satupun hadist kecuali hadist itu sudah aku amalkan. Ketika aku menjumpai hadist,” sesungguhnya Rasulullah Sholallohu 'alaihi wa salam pernah berobat dengan cara bekam, dan setelahnya memberi upah ubu thhoibah sebesar satu dinar” ( bukhory,4/380 ) maka, akupun telah mempratekannya dengan memberikan upah satu dinar kepada tukang bekam.
Abduloh Bin Ahmad Bin Hambal mengatakan,” aku tidak pernah melihat yahku bercerita tanpa kitab kecuali kurang dari seratus hadist. Aku juga pernah mendengar ayahku berkata.” Imam Syai’i berkata kepadaku, wahai Abu Abdilah, apabila kamu menjumpai hadist yang menurutmu shohih, maka tolong beritahukan kepadaku agar aku mengikutinya, baik hadist itu dari kufah, bashroh, maupun syam, sesungguhnya kamu lebih tahu tentang hadist yang shohih dari padaku.”
Sebagian ulama salaf berkata,” ketika manusia menghadapi pokok permasalahan yang genting, kami jadikan dianatara mereka sebagai pemimpin, sehingga dengan keyakinan dan kesabaran, seorang dapat mencapai derajat keimanan dalam agama. Oleh karena itu, Alloh telah menjadikan tali yang kuat daru ulama untuk menjelaskan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikan kebenaran tersebut.”
Secara silih berganti dan berurutan, Ahmad Bin Hambal menghadapi cobaan dari empat penguasa sekaligus. Diantara keempatnya ada yang mengancam dan menteror, ada yang memukul dan memasukannya dalam penjara, ada yang menggiring dan berlaku kasar kepadanya, dan yang terakhir mengiming imingi kekuasaan dan harta kekayaan. Akan tetapi, semua itu justru membuat Ahmad Bin Hambal bertambah tegar dan teguh pada pendirian semula serta bertambah kuatlah keimanan dan keyakinannya. Hal ini merupakan indikator keimanan yang benar kepda Alloh sebagaiamana firmanNya dalam surat alahzab ayat 22.
Orang orang yang benar imannya akan bertambah kadar iman dan ketundukannya kepada Alloh dengan adanya cobaan dan ujian yang menimpanya. Sedangkan orang orang munafiq akan takut dengan cobaan tersebut sebagaimana disebutkan dalam firman Allloh dalam surat almunafiqun ayat 4.
Al’ulaimi berkata,” ketika almakmun mulai memerintah, kaum mu’tazilah mulai bersuara kembali dan mempengaruhi almakmun untuk meninggalkan jalan yang benar tuk menuju jalan batil. Mereka memperindah perkataaan hina mereka dengan mengatakan bahwa alquran itu adalah makhluk. Akibatnya, almakmun pun mengikuti pendapat dan statemen mereka tersebut.
Menjelang akhir usia Almakmun, ia memerintahkan perwira tertinggi tentaranya yang bernama Ishaq Bin Ibrohim untuk megajak rakyat untuk menuyatakan bahwa alquran adalah makluk.kemudian ia menyeru para ulama, hakim dan para ahli hadist agar mengikuti seruan almakmun, namun mereka menolaknya. Akhirnya ia memekai jalan kekerasan, sehingga kebanyakan dari mereka itu menhikuti seruan alamakmun dengan terpaksa. Akan tetapi, Ahmad Bin Hambal tetap menolaknya sehingga alamakmun semakin geram dan marah. Ahmad Bin Hambal lalu diseret untuk dihadapkan kepada Almakmun, dalam kesempatan itu almakmun sudah menetapkan hukuman bagi Ahmad Bin Hambal untuk dibunuh. Setelah ketentuan hukuman Ahmad Bin Hambal sudah jelas, dia dibawa kembali untuk di masukan ke dalam penjara guna menunggu hari kematiannya. Sewaktu Ahmad Bin Hambal masih dalm perjalanan, terdengar berita bahwa almakmun telah meninggal, akhirnya Ahmad Bin Hambal dikembalikan ke bagdad untuk dipenjarakan.
Sepeninggal Almakmun, tampuk pemerintahan jatuh di tangan Almu’tashim. Pada waktu itu ia baru datang dari romawi menuju ke bagdad pada pertengahan bulan romadhan tahun 218 hijriyah. Pada masa Almu’tashim ini, Ahmad Bin Hambal didera hukuman dengan cambukan yang pelaksanaannya terjadi di hadapannya. Setelah almu’tasim meninggal, naiklah Alwatsiq sebagai kholifah pada bulan robiul awal tahun 227 hijriyah. Ujian yang diterima Ahmad Bin Hambal darinya adalah pengasingan. Ujian ini bermula dari pengasingan di suatu daerah, kemudian Ahmad Bin Hambal dipindahkan ke rumahnya dan ditetapkan menjadi tahanan rumah. Imam Ahmad Bin Hambal tetap bersabar dengan hukuman itu sampai pada akhirnya alwatsiq meninggal. Setelah Awatsiq meninggal, maka naiklah Almutawakil sebagai kholifah pada bulan dzulhijah. Corak kepemimpinan beliau berbeda dengan para pendahulunya dalam hal akidah. Beliau justru mencela pendahulunya yang mengatakan bahwa alqur’an makluk dan melarang para masyarakat untuk memperdepatkan masalah tersebut. Sebagai gantinya, ia membuka lebar lebar bagi ulama ahlil hadist untuk menyebarkan dan mriwayatkan hadist. Akhirnya, berkibarlah panji ahlus sunah wal jama’ah.
Ibnu Hanbal mempelajari ilmu pertama kali kepada Abu Yusuf Bin Ibrahim Alqadhi. Ada yang mengatakan beliau belajar pertama kali kepada Hasyim Bin Basyir Bin Abu Hasyim Al Wasithy. Imam Ahmad belajar kepadanya selama 4 tahun dan mengambil hadits dari beliau sebanyak 3000 hadits.
Beliau juga belajar kepada Umair Bin Abdullah Bin Khalid Dan Abdurrahman Bin Mahdi Serta Abu Bakar Bin Ilyas, Iamam Syafii, Ibrahim Bin Sa'dy, Yahya Al Qahthan, Waki', Sufyan Bin Uyainah. Dan beliau tak sempat belajar kepada imam malik karena belia sudah meninggal.
sebagaimana disebutkan Alkhotib diantara guru gurunya adalah; Ismail Bin Ulainah, Husyaim Bin Busyair, Hamad Bin Kholid, Mansur Bin Salamah, Amuzaffar Bin Mudrok, Utsman Bin Umar, Abu Nadhr Bin Qosim, Abu Sa’id Maula Bani Hasyim, Muhamad Bin Yazid, Yazid Bin Harun, Muhamad Bin Abi Hadi, Muhamad Bin Ja’far, Yahya Bin Sa’id Alqotton, Abdurohman Bin Mahdi, Bisyir Bin Almufadhol.
Juga, tercatat sebagai guru beliau; abu Daud, Ruh Bin Uabadah, Waqi’ Bin Aljaroh, Abu Muawiyah, Abduloh Bin Numair, Abu Usamah, Sufyan Bin Uyainah, Yahya Bin Sulaim, Imam Syafi’i, Ibrohim Bin Sa’ad Azzuhri, Abdurozak Bin Hamam, Abu Qurrah Bin Thoriq, Alwalid Bin Muslim, Abu Mashar, Abul Yaman, Ali Bin Ayyasy. Selain mereka masih banyak lagi guru beliau. Almizzi dalam kitab karyanya Tahdzib Alkamal menyebutkan bahwa guru imam Ahmad Bin Hambal itu sebanyak 104 orang.
Murid murid beliau:
Alkhotib berkata,” tidak sedikit orang yang telah kami sebutkan sebagai guru guru beliau meriwayatkan hadist dari Ahmad Bin Hambal.
Diantara orang yang meriwayatkan hadist dari imam Ahmad Bin Hambal antara lain; kedua anaknya yang bernama Sholeh dan Abduloh, seorang anak paman Ahmad Bin Hambal yang bernama Hambal Bin Ishaq, Alhasan Bin Ashshobbah, Muhamad Bin Ishaq, Abas Bin Muhamad,Muhamad Bin Abaidilah, Muhamad Bin Isma’il Albukhori, Imam Muslim, Abu Zur’ah, Abu Hatim Arroziyan, Abu Daud, Abu Bakar Alatsram, Ya’qub Bin Abi Syaibah, Abu Zur’ah Addimasqy, Ibrohim Alharbi, Musa Bin Harun, Abdulah Muhamad Albaghowi.
Almizzi juga menyebutkan bahwa terdapat 88 diantara murid imam Ahmad Bin Hambal yang merupakan guru guru beliau, yaitu; Imam Syafi’i, Waqi’ Bin Aljarah, Yahya Bin Adam Dan Yazid Bin Harun. Ulama Yang Seangkatan Dengan Beliau Adalah; Ali Bin Almadini, Yahya Bin Ma’in, Duhaim Asysyami, Ahmad Bin Abi Alhawari, Dan Ahmad Bin Sholeh Almishri.
Ibnul jauzi berkata,” Ahmad Bin Hambal juga mempunyai kitab karya lain, yaitu; Nafyu Tasbih, Alimamah, Azzuhud, Dan Kitab Arrisalah Serta Arroddu ‘An Azzanadiqoh.
Beliau berkata,“ segala kebaikan yang penting, lekaslah anda kerjakan sebelum datang pemisah antara dirimu dan kebaikan tersebut.’
Dari Ai Bin Almadini, dia berkata” ketika aku hendak meninggalkan Ahmad Bin Hambal aku meminta wasiat darinya. Ahmad Bin Hambal berkata,” jadikanlah taqwa sebagai bekalmu dan arahkan pandanganmu ke kampung akhirat sebagai qiblat.”
Ahmad Bin Hambal berkata,” makanlah makanan ketika bersama teman dengan menunjukan wajah gembira, ketika makan bersama orang orang faqir dengan perlahan dan prioritaskan mereka, dam ketika dengan orang orang yang cinta dunia maka perlihatkan sikap muru’ah.”
Tsa’lab pernah masuk kepada Ahmad Bin Hambal sedang tempatnya telah dipenuhi orang, sehingga ia duduk disampingnya, tsa’lab berkata,” aku hawatir kehadiranku akan membuatnya tidak nyaman “, kemudian Ahmad Bin Hambal menjawab,” teman tidak perlu di permasalahkan, namun musuh harus diperhitungkan.”
Abduloh bin Ahmad Bin Hambal berkata,” aku pernah mendengar ayahku berkata,” aku telah menyepurnakan umurku 77 tahun.” Malam itu mulut ayahku sudah kelu dan akhirnya meninggal pada hari kesepuluhnya.
Sholeh berkata,” ketika hari pertama bulan robi’ul awal tahun 241 hijriyah, hari sabtu ayakku meresakan demam yang tinggi sehingga ketika tidur dia susah bernafas.aku sudah mengetahui penyakit yang dikeluhkannya karena uku selalu merawatnya ketika kambuh. Aku bertanya kepadanya,” ayah kemarin buka puasa dengan apa? “ beliau menjawab, aku berbuka dengan air baqila ( sejenis kacang ).” Setelah berkata seperti itu, dia ingin bangun dan berkata,” bantulah aku dengan memegang tanganku.” Lalu, aku pun memegang tanagannya dan membimbingnya masuk ke kamar kecil. Belum jauh berjalan, tiba tiba dia merasakan bahwa kakinya terasa lemas sehingga dia berpegangan dan bersandar ke badanku. Beliau meninggal tiga hari setelah kejadian ini, yaitu pada malam jum’at tanggal 12 robiul awal.
2. As sunnah
3. Ijma'
4. Qiyas (analogi)
5. Mashalih al mursalah
6. Saddu dzarai'
7. Dan mengambil hadits dhaif jika tidak ada dalil lain
2. Harus mempunyai ilmu, kesabaran, kewibawaan dan ketenagan
3. Harus kuat terhadap rintangan-rintangan yang mengahadang serta memahaminya
4. Harus memiliki kecakapan yang sempurna
5. Mengetahui segala karakter manusia dan mengerti situasi dan kondisi mereka
6. Memahami berbagai segi dalam al quran, hadits-hadits nabi saw dan sanad-sanad yang shahih
Ahmad Bin Abu Du'ad Al Mu'tazili salah seorang menteri Al Makmun menyebar luaskan paham mu'tazilah dengan mengatakan "Alquran Adalah Makhluk" dengan menggunakan otoritas negara dan ketakutan akan hukum. Ketika itu Abu Du'ad mengatakan bahwa al quran itu qadim, tapi imam ahmad membantahnya dan mengatakan bahwa alquran adalah wahyu. Atas dasar iru Imam Ahmad ditangkap dan dibawanya kehadapan al makmun tapi almakmun keburu meninggal dikota thurats. Sedangkan ibnu hanbal masih dipenjarakan.
Kemudian almakmun memberi wasiat kepada al mu'tashim (khalifah berikutnya) untuk mengatakan bahwa al quran adalah makhluk. Tapi abu du'ad masih menjabat sebagai menteri, sehingga imam ahmad terus dipaksa untuk mengatakan bahwa quran makhluk tapi beliau terus menolaknya. Setelah itu beliau dicambuk dan dipukul sampai pinsan dan ditusukkan pedang pada tubuhnya kemudian dimasukkan penjara lagi. Beliau dalam keadaan sakit karena banyak luka pada tubuhnya. Kemudian khalifah Mu'tashim digantikan oleh Al Watsiq, tapi beliau tidak menyiksa Ibnu Hanbal. Setelahnya khalifah Al Mutawakkil, dia berusaha menghindari fitnah ini. Setelah 5 tahun (232 H) Imam Ahmad kembali mengajar setelah menerima siksaan selama 14 tahun.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Keraguan didalam al quran adalah kufur.
Diriwayatkan dari Abu Jahim Ra, Rasulullah Saw bersabda, "Janganlah kalian mempertentangkan apa yang ada didalam al quran. Sesungguhnya keraguan terhadap al quran adalah kufur.
Kitab Al Musnad memuat 40.000 hadits. Imam Ahmad menyaringnya dari 700.000 hadits. Sebagian ulama mengatakan bahwa seluruh hadits dalam musnad adalah shahih. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa didalamnya terdapat sebagian hadits-hadits dhaif, walaupun kitab ini besar dan agung. Diantara kitabnya yang lain adalah "Risalah Ar Radd 'Ala Al Mu'tazilah".
2. Pokok iman itu ada 3, yang memberi petunjuk, petunjuk dan yang diberi petunjuk. Yang memberi petunjuk adalah Allah swt, petunjuknya adalah al quran, dan yang diberi petunjuk adalah orang mukmin. Maka barangsiapa yang menentang satu huruf dari al quran maka sama halnya dengan menentang Allah dan kitabnya dan rasulNya.
3. Hindarilah berbicara tentang masalah yang tidak ada faedahnya
4. Ketika kalian melihat orang yang suka berbicara, maka jauhilah dia.
5. Manusia itu butuh ilmu sebagaimana roti butuh air
Amalkan ilmumu secara diam-diam atau terang-terangan, disuatu hari niscaya berguna bagi kamu
Wahai sipenuntut ilmu janganlah condong pada bid'ah, niscaya orang-orang yang berbuat bid'ah nanti akan tersesat
Ambillah segala sesuatu yang datang dari shahabat, yang bisa dijadikan argumen dan contoh
Ingatlah, jadilah kamu seorang monumental, dan tinggalkan pendapat sesat niscaya kamu hidup terpuji.
2.Abu Musab berkata, "Saya tidak melihat seorang diantara umat ini yang menjaga urusan agamanya kecuali pemuda yang ada dimasyriq (ibnu hanbal).
3.Abu Ubaid berkata, "Puncaknya ilmu itu pada 4 orang, Ahmad Bin Hanbal, beliau adalah yang paling ahlinya, Ali Bin Al Madani, beliau yang paling ahli ilmu, Yahya Bin Main, beliau yang paling bagus hasil tulisannya, Abu Bakar Bin Abu Syaibah, beliau ialah yang paling hafal diantara semuanya.
Beliau kuat hafalannya. Paham apa yang apa yang ia hafal, menghiasi diri dengan sabar dan bagus, cita-citanya kokoh, berpegang teguh pada prinsip, menjauhkan diri dari bercanda, dan riya'.
Imam ahmad seorang yang ahli ibadah dan tahajjud. Putra beliau abdullah bercerita, bahwa sersungguhnya imam ahmad setiap sehari semalam itu mengerjakan shalat 300 rakaat. Dan ketika sakit akibat cobaan siksa beliau shalat 150 rakaat, dan disaat umurnya mendekati 80 tahun beliau mengkhatamkan al quran dalam waktu 7 hari.
Lalu Ibnu Hanbal menikah dengan Abasah Binti Al Fadhl. Dari wanita ini lahir putra beliau yaitu Shaleh (Abu Fadhl_, lahir tahun 203 dan meninggal tahun 265 dan menjadi Hakim Di Ashbihan dan menulis terjemahan kitab ayahnya. Kemudian lahir pula Abdullah (Abu Abdurrahman) ia termasuk imam hadits wafat tahun 290. putri Ibnu Hanbal dimakamkan disebelahnya.
Reference:
1. Kitab Min A‘Lam As Salaf, Syaikh Ahmad Farid, Darul Aqidah, Kairo, Cet Pertama 1426 H / 2005 M.
2. Musnad Ahmad Bin Hambal, Alimam Alhafidz Abu Abdilah Ahmad Bin Hambal Bin Hilal Bin Asad Bin Idris Asyaiban, Baitul Afkar Addauliyah, Riyad, Cet 2004 M.
3. Kitab Al’aimmah Al’arba’ah, Dr Ahmad Syarbasy.
0 komentar:
Posting Komentar